Konsep Bahasa Pemrogaman

Untuk mengerti lebih lanjut tentang suatu hal kita perlu mengetahui apa yang mendasari hal tersebut. Kenapa hal tersebut dibuat. Namun disini kita tidak akan membahas tentang kenapa bahasa pemrograman dibuat. Namun hanya membahas tentang konsep atau hal dasar dari bahasa pemrograman. Jadi sebelum terlalu banya ngoding kita perlu tahu hal – hal apa saja yang menjadi dasar dari bahasa pemrograman.

Ada tiga hal yang menjadi konsep dari bahasa pemrograman yaitu Sintaks, Semantik dan Pragramatik. Sintaks sebuah bahasa berhubungan dengan struktur bahasa. Layaknya bahasa yang lain, bahasa pemrograman juga memiliki struktur bahasa. Jika pada bahasa Indonesia kita mengenal SPOK atau Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan, nah dalam bahasa pemrograman dikenal istilah tipe data, variabel dan value. Dari ketiga hal tersebut kita sebut dengan pendeklarasian suatu variabel. Pendeklarasian suatu variabel ini kadang langsug kita isi dengan suatu nilai kadang juga tidak. Tapi satu hal yaitu pembubuhan tanda untuk mengakhiri deklarasi tersebut.

Untuk memudahkan suatu pendeklarsian yang diakhiri dengan tanda penutup disebut dengan sintaks. Jika kita menggunakan konteks bahasa Indonesia, suatu kalimat minimal harus terdiri atas subjek dan predikat yang diakhiri dengan tanda titik. Jika terdapat susunan kata yang terdiri atas subjek dan predikat tapi tidak diakhiri dengan tanda titik maka susunan kata tersebut tidak dapat disebut sebagai suatu kalimat. Dan dapat disalahkan jika disebut kalimat. Dalam bahasa pemrograman pun begitu suatu pendeklarasian yang tidak diakhiri dengan tanda akhir, umumnya semi colon(;) tergantung bahasa pemrogramannya, maka pendeklarasian tersebut tidak tepat atau salah. Sehingga jika hal tersebut terjadi maka komputer akan mengeluarkan pesan error.

Semantik sebuah bahasa menggambarkan hubungan antara sintaks dan model komputasi. Sederhananya, semantik menjelaskan arti dari program. Analoginya sebagai berikut. Apabila kita memakai sintaks [subyek] + [kata kerja] + [kata benda], kita dapat menghasilkan kalimat – kalimat.
Apabila kita mengasilkan kalimat Saya membuat program, maka kalimat ini memenuhi aturan sintaks. Tapi, apabila saya membuat kalimat Saya membuat tanah, secara sintaks kalimat ini sudah benar. Namun, secara semantik, kalimat ini tidak mengandung makna yang berarti.

Dalam hubungannya dengan bahasa pemrograman, kadang ada kalanya seorang programmer tidak bisa mengaitkan sintaks dengan model komputasi. Kesalahan logika bisa dengan mudah terjadi.
Sebagi contoh ada bahasa pemrograman sebagai berikut:

if(a=5) {
    echo 'Nilai a=5';
}

Apabila program ini dijalankan, apa yang terjadi? Bergantung bahasa apa yang digunakan. Apabila bahasa yang dipakai adalah bahasa C, maka output yang keluar selalu Nilai a = 5, walaupun nilai variabel a sebelumnya selain 5. Kenapa hal ini dapat terjadi? Karena operator ‘=’ dalam bahasa C berarti mengassign sebuah variabel yang ada di sebelah kiri dengan nilai yang ada di sebelah kanan. Dalam bahasa C, secara sintaks operasi ini sudah benar.
Tapi, apabila yang dimaksud adalah programmer ingin mengevaluasi nilai variabel a, maka seharusnya memakai operator logika ‘==’. Jadi, program yang sebenarnya menjadi

if(a==5){
    echo ‘Nilai a=5′;
}

Untuk pragmatik silakan searching di google untuk penjelasan lebih lanjut.

Irsyad Jamal Pratama Putra

Mahasiswa D3 Manajemen Informatika ex-Politeknik Telkom ex-Telkom Applied Science School School of Applied Science atau Fakultas Ilmu Terapan Telkom University tepatnya peminatan SDV atau Software Development. Kadiv Web Development di Central Computer Improvement. Hobby backpacking dan berenang. Senang dengan teknologi dan beberapa perkembangannya walaupun bukan mata kuliah SDV. Think out of the box jika ada yang berbuat salah.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *